Minggu sore, tanggal 08 Februari 2015, menguping tontonan
bapak yang dari luar terdengar jelas, acara Jamaaaaah oooh jamaah....alhamduuulilaah....
Ust Maulana in style.
Ada satu bahasan yang ngena, soal pekerjaan, niat bekerja,
penyikapan saat bekerja.
Ada satu pertanyaan
dari seorang audience : Bagaimana menyikapi dan berinteraksi dengan baik dengan
atasan di kantor ketika sedang bekerja dalam hal jam kantor? Karena ia orangnya
ga enakkan katanya, jadi ga enak kalo pulang duluan sedangnkan obosnya masih
dikantor, jadi sering pulang malem karna itu. Jadi mesti gimana?
Dan sang ustadz pun menjawab, Niat kerja nya apa?
Kerja itu ibadah kan?
Sebisa mungkin ga perlu ga ada ga enakan kalo emang kita
udah beresin pekerjaan, saat emang pekerjaan dan tanggungjawab untuk hari itu
sudah selesai dan tidak ada hal mendesak, kalo udah waktunya pulang ya udah
tinggal bilang obos.
Poin dari “NIAT KERJA UNTUK IBADAH”, itu jleb saat itu.
Kenapa?
Karena ini yang sedang menggantung menggalau meresahkan
pikiran saat-saat ini. Pekerjaan, ya soal pekerjaan. Selepasnya dari Kantor
sebelumnya, jadi lah diri ini punya kesibukan baru, ya, seeking for a job.
Alhamdulillah, genap di 2 bulan be a jobless women, nyantol juga di 1 tempat
ini, tepat 1 minggu yang lalu aku mulai aktif bekerja. Jika dilihat dari
namanya, mungkin bagi beberapa orang tempat yang satu ini cukup mereka idamkan
dan cukup punya nama dan gengsi yang oke buat mereka. Iya buat mereka, bukan
aku. Ah pikiran seperti ini yang meragukan yang mungkin terkesan kurang bisa
mensyukuri nikmat, tapi ah entahlah.
Institusi seperti ini, yang dari dulu, dulu sekali, yang
selalu aku ragunak untuk aku ada dibagian ini . Jangankan untuk melamarnya,
mengintip tentang informasinya pun tidak. Jikalaulah pada saat bersamaan
ada pilihan lain. Bukan hanya tentang besaran gaji, jarak tempuh, apalagi
bidang pekerjaannya. Insyaallah untuk itu sih masih bisa diatasi, tapii, tapi
ini tentang sistem sodara, apalah daya seorang aku ini jika dihadapkan dengan
sistem di tempat sepower ini, setidaknya aku tak pernah berminat adalah karna
aku punya prinsip “setidaknya saat aku tak mampu mengubah sistem, janganlah aku
sampai terbawa dengan sistem ini”. Mungkin ini jalan Allah, jalan Allah untuk
menunjukkan ada sisi lain yang bisa aku ambil hikmah nya disini, ada sesuatu
yang baik yang perlu aku pelajari lebih banyak disini, ada kebaikan lain yang
tak terlihat oleh banyak orang hanya dari sekedar suudzon ku terhadap institusi
seperti ini saja.
Terlena. Itu yang aku khawatirkan, amat sangat khawatir. Apapun
itu, tentang apapun keterlenaan itu muncul. Semoga tidak. Sampai saat ini, aku masih
selalu berdoa dan berikhtiar, semoga Allah selalu menjaga keterlenaanku, semoga
Allah memberikan yang terbaik, menjauhkan dari yang syubhat apalagi
kemaksiatan. Aamiin.
Yakinkan, kerja adalah bagian dari ibadah. Luruskan niat,
semua indah.
Komentar