 Bandung - Sabtu, 07 Maret 2014 Keinginan yang belum terwujud dari masih stay di Bandung semenjak nama bukit ini mulai terkenal dan disambangi orang-orang layaknya Tebing Keraton yang ngehitz itu akhirnya tuntas di pekan lalu.
Perjalanan fix tidak nya baru diputuskan malam nya, sambil cari tau jalan menuju kesananya, ditemani kasur, bantal, handphone masing-masing dan wifi kantor RZS di Gading, Soekarno Hatta, Bandung.
Diputuskanlah fix aku, Teh Laili dan Neneng akan ke Bukit Moko lewat jalur Padasuka (jalur yang gampang yang direkomendasikan para blogger yang pernah kesana). Dan memang, tidak perlu takut nyasar, karena jalannya cuma lurus aja ngikutin jalan besar, dan disana banyak petunjuk jalan selanjutnya.
Kami keluar dari Gading jam 06.00 menuju terminal Cicaheum sebagai start poin dan menunggu teh Anney yang berangkat dari Cimahi. Jam 7 kami sampai, sarapan kupat tahu yang ternyata enak dan ternyata juga cuma seharga 5rb rupiah.
Menunggu dan menunggu, akhirnya teh Anney nyampe juga jam 8.30an, dan diperibet lagi dengan nyari tempat parkir motor nya. Alhasil sepanjang jalan kalau liat tempat parkiran ribuuut mulu gegara khawatir sama motornya yang ditaro asal di terminal.
Sekitar jam 9 kurang kami start jalan dari gang awal Padasuka.
Dan benar, dari gang itu tinggal ikutin jalan luruuuus terus, pun ada belokan ada banyak petunjuk puncak bintang, luruuuus dan mentok, dari jauh sudah terlihat bintang besar, itulah puncak bintang.
Jam setengah 12an sampailah kami di warung pertama, istirahat minum air kelapa, sholat dan numpang makan di warung orang yang makanannya kami udah bawa sendiri dari bawah. Ahaaa ini bermaksud gerakan penghematan karena tau kalo beli diatas harga makanan pasti akan melambung tinggi.
Seberes makan kami langsung jalan lagi menuju puncak bintang, tempat tinggi yang ditandai dengan bintang besar diujungnya, HTM IDR 8K.
dari sini kita bisa liat yang katanya kota bandung 180 derajat.
lahan pertanian yang berbentuk cekungan ini aslinya indah sekali, dengan bentuk dan warnanya yang menawan, bagus difoto sedap di pandang mata.
Diitung-itung mendingan pake makan dengan 25K, yaudahlah gerakan penghematan batal detik itu juga, mau ga mau malah
kita jadi 2x makan, 2x ngeluarin duit, fiuuh.
Waktu menunjukkan jam 3 sore, ahaaa langitpun mulai mendung, kalo mikirin gimana pulangnya, disitu kami merasa sedih. Kyaaaa jalan lagi kebawah, sore, mendung, ngeri, capek belum pulih rasanya. Hmmmm
Bermaksud yaudahlah kalo ada mobil bak yang mau numpangin kita, bayar juga ga apa2. Tapi setelah tanya-tanya ternyata sore gini udah ga ada orang yang sengaja bawa mobil bak turun, kecuali borongan dan berani bayar mahal. Hmmmm, jalan lah kami dengan tertatih harap-harap cemas ada yang iba melihat cewek-cewek ini jalan. Alhamdulillah, perjalanan panjang, kira-kira di km 4 ada juga yang lewat dan ngasih tumpangan, Cuma perlu 1 km lagi jalan untuk sampe jalan raya dan ketemu angkot.
Magrib teng, sampai di masjid terminal cicaheum.
 | ||||||||||||||||||
| -petunjuk sepanjang jalan- |
Negara ini sering disebut Negara dengan sistem satu partai atau berpartai tunggal. Negara autokrasi dalam pengertiannya secara asli atau kuno praktis dewasa ini dapat dikatakan sudah tidak ada. Negara Autokrasi dalam bentuk murni sebetulnya hanya ditemukan pada jaman kuno dan berarti bahwa didalam Negara itu Kekuasaan pemerintahnya hanya dipegang atau dijalankan oleh satu orang tunggal saja. Yang disebut autokrasi modern inipun sifatnya agak samar-samar sehingga sepintas dari segi luarnya seakan-akan demokrasi modern. Tujuan akhir Negara Autokrasi Modern adalah menghimpun kekuasaan sebesar mungkin pada tangan Negara. Auto berarti sendiri, kratos atau kratein berarti kekuasaan. Pada jaman modern seperti sekarang ini kiranya sudah tidak ada lagi Negara autokrasi yang sifatnya masih murni seperti pada jaman kuno.karena pada jaman modern Negara autokrasi tersebut disamping seorang tunggal yang memegang pemerintahan Negara itu didapati adanya sebuah badan perwakilan yang mendamping...
Komentar